Satu Teroris Tewas, Benih Baru Teroris Akan Muncul...Waspadalah
// Category: Nasional //Kisah sukses penggerebekan yang dilakukan Densus 88 Mabes Polri terhadap para teroris, selalu menyisakan pertanyaan. Giliran siapa lagi berikutnya yang dibekuk?
Densus 88 Polri, Rabu (23/6) dipastikan meringkus DPO nomor wahid pascatewasnya Dulmatin, yakni Abdullah Sonata. Sonata diringkus beserta dua orang yang diduga teroris lainnya. Ketika penggerebekan dilakukan, satu teroris dikabarkan tewas yakni Yuli Karsono. Ia merupakan pelaku penembakan dua polisi di Purworejo. Lalu apa dan siapa berikutnya?
Sejak hukuman mati Imam Samudera cs, kemudian pembersihan atas Dr Azahari, Noordin M Top, Dulmatin dan sebagainya, publik dikejutkan dengan munculnya nama Abdullah Sonata dan Umar Pathek.
“Seakan tewas satu, muncul teroris baru. Densus 88 pun berkejaran dengan waktu, sementara akar masalahnya tak tersentuh,” kata Dynno Chressbon, pengamat intelijen dan keamanan.
Bagai cerita setengah legenda, Sonata dikisahkan sebagai figur yang berbahaya karena militan dan pintar merekrut anggota baru. Para analis terorisme mencatat, setelah Dulmatin tewas, Sonata adalah penggantinya sebagai amir atau pemimpin.
“Sonata yang mengundang Azahari dan Noordin M Top ke Indonesia untuk membangun jaringan Al Qaeda di Asia Tenggara. Dia cerdas, berani dan lihai serta menguasai medan laga. Sonata sosok yang tenang dan berwibawa,” tambah Dynno Chressbon yang juga Direktur SIKNAL (Pusat Studi Intelijen dan Keamanan Nasional).
Sonata adalah teroris residivis. Dia lahir di Bambu Apus, Jakarta Timur, 4 Oktober 1978. Dia disegani setelah menjadi komandan Laskar Mujahidin Kompak (Komite Penanggulangan Krisis) di Ambon pada konflik bernuansa SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan) pada 1999.
Saat itu laskarnya beranggota sekitar 500 orang. Polisi juga menuduh dia menyabot gudang senjata Brimob Polri di Tantui, Ambon, pada 2000. Di Poso, Sulawesi Tengah, dia memimpin kelompok Kompak Kayamanya.
Pada 2002, setelah bom Bali I, Sonata bertemu dengan Dulmatin dan Umar Patek di Jakarta. Sonata dan Maulana (tewas di Cawang, Red) membantu membuka kamp pelatihan di Mindanao, Filipina, sekaligus memasok dana dari Timur Tengah. Pada April 2004, Sonata membangun kamp pelatihan Olas, Seram Barat, untuk konflik di Ambon. Dia tertangkap 6 Juli 2005 dan disidang Mei 2006.
Tim polisi antiteror terus menelusuri dugaan keterlibatan jaringan internasional dalam kelompok teroris yang bertanggung jawab di balik peledakan bom di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton Jakarta tahun lalu. Jaringan Al Qaeda diduga mulai aktif kembali berperan di Asia Tenggara, termasuk di Indonesia.
Informasi yang dihimpun di kepolisian menyebutkan, jaringan Al Qaeda disinyalir turut terkait dengan sel teroris yang bertanggung jawab di balik peledakan bom di kawasan Mega Kuningan tersebut.
Namun masih belum jelas apakah keterkaitan itu juga termasuk dukungan finansial seperti yang terjadi pada Bom Bali I 2002. Sepekan setelah peledakan bom di Hotel JW Marriott tahun 2003, Al Qaeda mengaku terlibat.
"Sejauh ini sel yang bisa dipercayai Al Qaeda di Asia Tenggara adalah sel-sel di JI (Jemaah Islamiyah). Apalagi sampai sekarang operasi militer Amerika di perbatasan Pakistan dan Afganistan masih berlangsung," kata Kepala Desk Antiteror Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Inspektur Jenderal (Purn) Ansyaad Mbai.
Ansyaad menambahkan, Al Qaeda mencari panggung (tempat peledakan) yang merepresentasikan simbol Barat dan mampu memberi gaung global yang kuat. “Itu melalui JI di Indonesia,” ujarnya.
Sumber Dari : Inilah.com
Related posts :
Loading...
0 komentar for this post
Leave a reply
2008 - 2009 Ruangbacaan. Content in my blog is licensed under a Creative Commons License.- Ruang Bacaan template designed by RuangBacaan Design.
- Powered by Blogger.com.



