Zainal Abidin Nasution Korban Salah Tangkap Polisi, Ditembak Disaksikan Kapolsek, Menjerit: 'Allahu Akbar'
// Category: Nasional //M Zainal Abidin Nasution (43) menambah daftar korban salah tangkap polisi. Juru parkir yang disangka membantai Komisaris PT Sewangi Sejati Luhur dan istrinya pada 26 Mei 2009 lalu, hanyalah buah lemahnya penyelidikan polisi. Apa kabar Zainal setelah keluar dari bui?
Trauma masih menyelimuti Muhammad Zainal Abidin Nasution pascadivonis bebas majelis hakim Pengadilan Negeri (PN) Medan, Selasa (8/6) pekan lalu. Setelah mengalami siksaan dan dihadiahi tiga tembakan plus menginap 1 tahun di penjara, Zainal bersama kuasa hukumnya menyiapkan gugatan.
“Sedih. Aku disiksa agar mengakui perbuatan yang sama sekali tidak pernah aku lakukan. Aku tidak tahan, hanya satu yang bisa menenangkan hatiku saat itu, mendekatkan diri kepada Allah SWT,” ujar Zainal saat ditemui di kantor LBH setelah dinyatakan bebas oleh majelis hakim, Selasa (8/6) lalu.
Di persidangan terungkap, awal penangkapan Zainal bermula setelah ditemukannya Kesuma Wijaya dan Benty Puspa Kuanny terkapar bersimbah darah di lantai dua rumahnya di Jl Bandung No 90 C/D sekira pukul 21.30. Pasutri pengusaha sparepart itu dibantai menggunakan martil. Kesuma Wijaya akhirnya tewas karena luka yang dideritanya cukup parah.
Sebelum kejadian itu, memang Zainal sedang ngobrol bersama Ngatiem, pembantu korban di halaman rumah. Namun Zainal akhirnya pulang karena Ngatiem dipanggil majikan perempuannya menyiapkan air hangat untuk merendam kaki. Ngatiem pun menyiapkan air hangat bercampur garam yang memang jadi kebiasaan majikannya sambil menonton TV. Setelah itu Ngatiem masuk ke kamar.
Tak berapa lama tiba-tiba litrik padam. Di situlah kedua majikannya dibantai dan kemudian ditemukan terkapar bersimbah darah. Ngatiem sendiri mengaku mendengar jeritan majikannya lalu ke luar kamar. Namun, aku Ngatiem, malah ia dipukul oleh pelaku pakai martil. Kata Ngatiem, pelaku memakai kain pengikat kepala. Pelaku kemudian kabur.
Sehari setelah peristiwa itu, Zainal pun ditangkap dari rumahnya Jl Bayangkara, Gg Keluarga, Kel Indra Kasih, Medan Tembung.
”Suami saya ditangkap tanpa surat penangkapan. Memang polisi bilang suamiku hanya dimintai keterangan. Tapi dua hari kemudian saya dapat kabar kalau suami saya ditembak 3 kali. Dua bersarang di kakinya. Itu saya ketahui setelah kawanku bilang suamiku ditembak dan masuk koran,” kata istri Zainal, Lisiani.
Siapa yang menembak Zainal?
Kata Zainal, setelah dijemput dari rumah, dia dibawa ke Jl Bintang. Di sana dia dipukuli agar mengakui sebagai pelaku pembunuhan warga Tionghoa pengusaha sparepart itu. Tak puas, Zainal kembali dibawa ke Jl SM Raja, belakang hotel Kenanga. Di situ kembali Zainal dipukuli. Dari situ Zainal dibawa ke Polsekta Medan Kota.
“Hari pertama disel, aku dipaksa ngaku, kalau enggak aku mau dimatikan. Aku juga mau ditembak. Aku juga dipaksa mengaku membunuh dan harus menandatangani berita acara pemeriksaan,” beber Zainal.
Begitupun Zainal tetap tak mau mengakui sebagai pelaku pembunuhan Komisaris PT Sewangi Sejati Luhur, Kesuma Wijaya. Tapi dampaknya polisi geram lalu memukuli Zainal.
Sore harinya Zainal ditahan, lima polisi termasuk Kapolsekta Medan Kota, ketika itu AKP Darwin Ginting bersama kanit reskrim dan tiga petugas lainnya membawanya Zainal keluar dari Mapolsekta Medan Kota. Mereka mengendarai dua mobil.
“Aku satu mobil sama kapolsek dan kanit reskrim. Aku tak tahu maksud mereka membawa aku keluar kantor polisi itu,” tuturnya.
Diteruskan Zainal, mobil yang membawanya kemudian berhenti di tempat yang dia tak tahu. “Lalu aku dipindahkan ke mobil lain yang berisi tiga polisi. Setiba di kawasan Titi Kuning mobil berhenti dan aku ditolak keluar, aku tersungkur,” terang Zainal.
Dalam posisi tersungkur, Zainal mendengar suara tembakan. Zainal baru sadar bahwa tembakan itu bersarang di kakinya setelah merasakan sakit. Pun begitu, aksi penyiksaan belum usai. Saat Zainal melihat kebelakang, kepalanya dibenamkan ke tanah pakai kaki seorang polisi.
“Aku kembali mendengar suara tembakan dan ternyata tembakan itu bersarang di paha kananku. Aku menjerit mengucap; Allahu Akbar,” kenang Zainal.
Untuk ketiga kalinya suara tembakan terdengar. Tapi kata Zainal, tembakan itu tak mengenainya.
“Saat aku ditembak, aku melihat kapolsek dan kanit menyaksikannya dari mobil yang mereka kendarai. Aku hanya menjerit Allahu Akbar. Setelah itu saya diboyong ke RS Brimobdasu,” ceritanya sambil meneteskan air mata.
Parahnya, di RS Brimob, Zainal kembali mendapat siksaan. Luka tembak dijahit tanpa menggunakan bius. “Sangat sakit sekali, sakit sekali, tapi semua itu harus aku tahan,” sambung Zainal.
Sumber Dari : Ksemar.wordpress.com
Related posts :
Loading...
2 komentar for this post
Leave a reply
- 2008 - 2009 Ruangbacaan. Content in my blog is licensed under a Creative Commons License.
- Ruang Bacaan template designed by RuangBacaan Design.
- Powered by Blogger.com.
Anonymous
June 14, 2010 at 11:27 PM
Masya Allah. EDAN OKNUM POLISINYA. Memang Hukum sekarang TIDAK BISA DIPERCAYA. Pantes pensiunan Polisi kebanyakan dicuekin masyarakat.
Menurut cerita dari teman saya, konon polisi menembak pelaku atau "Pelaku" didalam mobil dan didepan moncong pistolnya ditutup sandal agar bubuk residu tidak menempel pada luka, karena itu bisa menjadi bukti (andai langsung diperiksa) bahwa penembakan dilakukan dari jarak dekat.
Polisi sekarang kebanyakan MIRAS dan SABU, gak mungkin sejitu itu nembak pelaku yang kalau kita lihat di TV kena tumit atau lutut. Alasannya mencoba kabur.
Anonymous
June 15, 2010 at 1:52 AM
polisi bangsat