Balada Jayus : Habis Tersangka, Terbitlah Pahlawan!
// Category: Entertaiment // “Saya hanya tikus kecil, Pak. Dan yang bisa saya dapatkan dalam 2 tahun sudah 100 milyar.” Kata Jayus sambil tersenyum kecut. “Bapak-bapak bayangkan atasan-atasan saya, setiap satu tingkat, dalam dua tahun perahannya bisa 2-3 kali lipat anak buah setingkat di bawahnya..” Jayus mendesah, entah menyesal karena merasa salah, atau kesal dan kecewa karena keburu ketahuan perbuatannya.
“Jadi, menurut kamu perpajakan di Republik Opini bocor halus?” Tanya Bung Denok, si sekertaris Tim Pemberantasan Mafia Hukum Negeri Opini dengan penasaran.
“Bocor halus? Huahahahahahaaaa....” Jayus, si tersangka korupsi pajak tertawa terpingkal-pingkal sampai terbatuk-batuk. “Uhuk..huhahahaha..huk..huk..huk. Bocor mencret pak......Halus bagaimana? Kalau semua pajak benar-benar terkumpul di kas negara, kita tidak perlu berhutang tiap tahunnya. Malah kita bisa ngutangin orang. Huahahahahaha...” tertunduk-tunduk dia memegangi perut karena geli.
“Bisa Anda jelaskan? Negeri Opini akan sangat berterima kasih kalau anda ungkapkan semua kebocoran pajak di negeri ini...” Ujar Bung Denok antusias.
“Itulah salahnya bapak-bapak ini. Kalian pikir piagam penghargaan, ucapan terima kasih itu cukup? Itu bullsh*t! Kami-kami ini korupsi karena muak dengan kata-kata terima kasih kosong bapak-bapak yang terhormat. Kasih penawaran yang nyata,dong. Yang real! Hahahahaha..Terima kasih...Emang bisa kenyang makan terima kasih?” Jayus terpingkal-pingkal lagi kegelian, seperti ada yang menggelitiki iganya dari kiri dan kanan.
Yah, akhirnya interogasi berhenti cukup sampai di situ. Pernyataan Jayus terakhir begitu memukau. Potensi pajak Republik Opini ternyata bisa 2 bahkan 3 kali lipat yang disetorkan selama ini, sehingga setiap tahun negara tak perlu mengemis-ngemis berhutang untuk menutupi anggaran belanja yang kisaran 1000 trilyun.
“Pak Presiden, saya mau menghadap...” Bung Denok Sesemok, yang merupakan penasehat presiden di bidang hukum menelepon langsung HP Presiden Republik Opini Susahnyo Dianioyo. Ada potensi pemasukan negara yang luar biasa besar, dan Jayus dapat menjadi nara sumber yang valid untuk mendapatkannya.
“Tawarkan pengampunan, kasih grasi, kalau perlu di grasi itu ada mobil mewahnya. Kasih perlindungan saksi, kasih gaji secukupnya. Lindungi keluarganya dari oknum aparat yang bakal sakit hati. Berikan sebagian aseti-asetnya. Kalau memang dia bisa membuktikan adanya kebocoran 500 trilyun dalam setahun itu, dia aku angkat jadi kepala inspektorat pajak Republik Opini.” Kata Presiden Susahnyo Dianioyo bersemangat.
Ya, si Jayus. Pegawai Pajak di negeri Opini, ketahuan korupsi di instansinya karena di rekeningnya masuk dana 25 milyar, padahal dia hanya pegawai golongan IIIA di sana dan baru 2 tahun di bagian pajak.
Saat diinterogasi, Jayus mengakui uang 25 milyar itu adalah uang hasil nego-negonya dengan wajib pajak. “Misalnya pajak mereka 2 milyar, kalau mereka mau turunkan jadi 500 juta, mereka setor saya 500 juta. Gitu aja, pak..” Jawab di Jayus santai. Belakangan setelah disita sana-sini, aset Jayus ternyata 100 milyar.
Dan kemudian dia pun mengungkapkan, bahwa dia hanya pemain kecil dari ribuan pemain besar di instansinya dan dia bersedia mengungkap semua modus penyimpangan pajak, kalau ada penghargaan yang layak.
Dan setelah Presiden Susahnyo Dianioyo mengeluarkan sinyal lampu hijau, sebuah Tim Pemberdayaan Pajak dibentuk, dengan Jayus menjadi nara sumber utamanya. Membongkar jaringan kejahatan yang sistemik dan mengakar rumput, harus melibatkan orang yang memiliki pengalaman menjalaninya, pintar dan mau bekerja sama.
“Jadikan pegawai pajak itu berjiwa debt collector dengan iming-iming bonus sesuai prestasi. Potensi pajak di negeri opini bisa 1500 trilyun, kalau Dewan dan Menteri Keuangan hanya menargetkan 600 trilyun, ya kita hanya setor 600 trilyun lebih sedikit, yang 900 trilyun kita bagi-bagi sesuai kepintaran masing-masing mencari bagian. Misalnya tukang parkir, mereka hanya menyetor sebanyak yang diwajibkan. Kalau sebulan setorannya 2 juta, mereka setor segitu, padahal bisa saja yang dapat 10 juta atau lebih.”
“Jadi, selain gaji yang pokok ditambah tunjangan, kasih bonus sesuai banyaknya uang yang didapat. Misalnya si petugas bisa menagih pajak sampai 2 milyar, bonusnya harus 2 kali lipat dari petugas yang hanya bisa menagih 1 milyar. Lalu harus ada cross-check, kalau perkiraan pajak 2 milyar, ternyata akhirnya hanya disepakati 500 juta, maka petugas itu harus diusut dan wajib pajak juga diinterogasi oleh polisi khusus pajak.” Nasehat si Jayus. Nasehat itu dijalankan dan dalam 2 bulan pendapatan negara dari pajak benar-benar meningkat 2 x lipat dari bulan yang sama tahun sebelumnya.
Jayus juga menasehatkan Dewan dan Kementerian Keuangan meminta laporan daftar semua potensi pajak di seluruh negara dan laporan semua yang berhasil didapat tiap bulannya dari tiap kelurahan, kecamatan, kabupaten kota, propinsi, jadi kalau ada yang tidak cocok sekecil apapun dapat langsung diselidiki. Negara jangan hanya percaya saja berapa pendapatan pertahun dari pajak yang dilaporkan di akhir tahun anggaran.
“Misalnya, ditargetkan dari kami tahun ini 600 trilyun dari pajak. Ternyata dari semua propinsi dapatnya 900 trilyun. Ngapain disetor semua? Setor saja 610 trilyun. Nah, sisa 290 trilyun itu gak jelas, kan kemana? Hehehehehe. Maka kadang-kadang orang propinsi juga pinter, kalo propinsi A ditargetkan 20 trilyun, mereka setor juga hanya 22 trilyun, padahal dapatnya 40 trilyun, misalnya...” Kata Jayus bersemangat.
“ Sisanya yang 18 trilyun?” Tanya Denok penasaran...
“ Dimakan tuyul.....Huahahahaha...” Jayus ketawa, dan kali ini Bung Denok juga tertawa terpingkal-pingkal sampe keluar air matanya. Yah, dia geli, tapi juga sedih, segila itu ternyata tersia-sia potensi Negeri Opini.
Dua tahun berlalu, setelah transparansi laporan potensi pajak dan laporan hasil pendapatan dari wilayah terkecil sampai propinsi dijalankan, dengan pemberian bonus yang sesuai bagi petugas dan wilayah yang banyak menyetorkan pajak, ternyata hasil pajak Republik Opini mencengangkan, bisa rata-rata 1300 trilyun per tahun.
Negeri itu bertambah makmur, karena wajib pajak tambah yakin membayarkan pajaknya, “Kami yakin, pajak yang kami bayarkan sampai ke kas negara, bukannya sampai sebagian, dan sebagian lagi dibagi-bagi dimakan tuyul....” Itulah pendapat semua orang.
Lalu bagaimana dengan Jayus? Presiden Susahnyo Dianioyo dengan pintar merehabilitasi namanya. Dia membuat skenario yang bagus, dimana Jayus dianggap sebagai undercover agent di perpajakan, dan setelah 2 tahun terlibat kecurangan-kecurangan pajak, Jayus akhirnya mengungkapkan semuanya. Ada kebohongan sedikit di sana, tetapi ada kebaikan juga di sana, karena Jayus pun menjadi pahlawan, dianggap orang baik yang menyamar jadi jahat untuk membongkar kejahatan di instansinya.
Yah, terkadang memang tak pernah ada orang yang benar-benar baik, atau benar-benar busuk. Jayus sebenarnya orang baik, yang saat masuk ke instansi yang busuk ikut pembusukan. Untungnya saat kepergok busuk, ia mendapatkan pencerahan dan kesempatan kedua.
Semoga Jayus-Jayus lain berkesempatan mengalami pengalaman hidup sedemikian, sehingga tak terus-terusan membusuk sepanjang jalan.
Sumber Dari : Posmasiahaan.com
Related posts :
Loading...
0 komentar for this post
Leave a reply
- 2008 - 2009 Ruangbacaan. Content in my blog is licensed under a Creative Commons License.
- Ruang Bacaan template designed by RuangBacaan Design.
- Powered by Blogger.com.